I Gave Up

Kemarin Malam, saya berbincang dengan salah satu sahabat saya. Mungkin sudah lama kami tidak ngobrol panjang, sejak disibukkan dengan transisi kehidupan. Saya yang mulai sibuk mengajar privat, dan dia yang sibuk bekerja di tempat yang baru. Yah, jalan hidup memang ga bisa ditebak. Hari ini rasanya kita nyaman dengan keadaan yang serba mudah, besoknya bisa tiba-tiba mendapat kabar bahwa diri ini di PHK dan harus pindah ke tempat kerja yang baru, yang tentunya dengan benefit yang berbeda, dan kenyamanan yang berbeda.

Kemarin pun saya benar-benar lelah dengan banyaknya aktivitas yang padat dimulai bulan januari ini. Jadwal mengajar privat yang penuh sampai malam, mengajar di sekolah sampai sore, mengedit video sebelum tidur dan mengirimnya di pagi hari, membuat lesson plan dan selalu adu argument terkait perbedaan pendapat mengenai aktivitas apa yang baiknya dilakukan untuk siswa-siswa hari esoknya, dan tidak ketinggalan dealing with parents dengan segala keingintahuan mereka yang tentunya harus ditanggapi dengan sabar dan jawaban yang baik. Oh iya ditambah dengan jadwal privat lainnya di hari sabtu dan minggu, yang membuat saya merasa hari-hari yang saya lalui sangat cepat berlalu, dengan rutinitas yang sama dan dikejar dengan jadwal-jadwal yang dibarengi dengan persiapan materi dan aktivitas. Rasa-rasanya saya ingin mengambil waktu cuti satu bulan dan pergi melancong ke negara di asia tenggara selama sebulan penuh. Tentu saja itu hanya dipikiran saya. Tidak mungkin saya memiliki jadwal cuti satu bulan penuh dikarenakan kontrak, dan tentu saja saya tidak bisa pergi traveling tanpa menabung yang banyak. Memang mengimpikan sesuatu yang tidak bisa dimiliki itu bitter and sweet at the same time. Dan pada akhirnya saya akan kembali tekun mengerjakan rutinitas harian. Sampai lupa bahwa tahun ini saya akan berumur 30 tahun. Yak, betul.

Tidak disangka saya sampai juga ditahun 2023. Bagi yang kelahiran 1993, halo! Kita sudah sampai diumur yang harusnya udah dianggap tua sih. Tapi didalam pikiran rasanya masih berada diumur awal 20 an. Iya saya ga ngerasa perbedaan yang gimana diumur 30 tahun. Duluuu banget kalo saya liat kakak2 yang umur 30 tahun rasanya mereka tua banget, jauh banget diatas saya. Tentunya berbeda dari pengalaman, kebijaksanaan, kemapanan, pengetahuan dan status. Saya mikirnya diumur 30 tahun saya sudah memiliki pekerjaan tetap, dengan penghasilan dua digit, traveling 2 kali setahun, memiliki suami dan anak yang lucu, memiliki rumah dan kendaraan yang nyaman, memiliki hobi membaca dan berkebun di depan rumah, memasak dan baking adalah hal yang akan saya nikmati disaat saya berumur 30 tahun, menonton bersama pasangan adalah hal yang saya nantikan di akhir minggu setelah menidurkan anak kami di jam 8 malam. Dan ternyata, tahun ini impian tersebut memang hanyalah mimpi. Hahaha.. Saya belum memiliki apapun yang saya impikan diatas. Yang saya impikan diumur awal 20 tahun. Saya pikir hal diatas akan terjadi secara natural, pekerjaan, cinta dan Pendidikan. Saya pikir saya bisa mendapatkannya jika saya berusaha keras. Ternyata setelah ratusan lamaran pekerjaan, pekerjaan impian belum saya dapatkan sampai hari ini. Ternyata setelah mengejar seorang laki-laki selama satu tahun di 2022, saya akhirnya menyerah karna memang hati tidak bisa dimiliki. Ternyata setelah 3 (AAS, AAS, LPDP) kali mendaftar beasiswa S2, saya gagal terus setelah tahap demi tahap saya lalui. Dan ternyata di 2023 ini yang saya pelajari adalah: MENYERAH PUN TIDAK APA-APA. Capek dan Lelah pasti. Dengan ambisi saya terhadap dunia. Ternyata Allah kasih saya pelajaran buat istirahat. Take a break.

Akhirnya saya jadi orang yang take it slow. Gapapa kalo ga dapat pekerjaan tersebut. Di pekerjaan sekarang saya menerima cinta yang banyak dari siswa dan rekan kerja yang seru. Gapapa saya dicuekin Abang crush dan pergi meninggalkannya, karna percuma mengejar orang yang gak sama value nya dengan saya dan tidak menghargai diri saya juga (disrespectful). Gapapa gagal lagi beasiswa, masih banyak cara untuk belajar secara informal dan saya pun makin matang untuk mengambil jurusan yang saya butuhkan dan sesuai dengan kemampuan saya.

Dan gapapa kok menangis tersedu-sedu sampai sakit banget dada rasanya, sampe sesenggukan, menangis sendirian tanpa ada satupun mata yang liat itu menenangkan. Gapapa kok kalo saya sakit sampai 2 minggu karena asam lambung dan stress. Setelahnya saya jadi menghargai makna sehat. Selalu berupaya untuk makan sehat dan teratur. Ga asal-asalan lagi makannya. Semenjak itupun saya jadi manage waktu buat bekerja dan selalu tidur secepat mungkin. Biasanya saya tidur larut, semalam saya malah tidur pukul 20.30 wib karna sudah menyelesaikan pekerjaan. Hiburan utama saya adalah bisa istirahat dengan tenang tanpa overthinking dengan pekerjaan dan pikiran orang tentang saya dan banyak lainnya. Saya lebih peduli dengan diri saya sendiri. Saya mengutamakan diri saya sendiri sebelum peduli dengan orang lain. Saya rajin mencari tahu apa makanan dan minuman yang baik untuk saya, saya peduli untuk merawat ujung rambut sampai ujung kaki saya, saya senang melihat diri saya didepan cermin dengan badan yang sehat, senyum yang cerah, dan pikiran yang sehat. Nikmat sehat memang rejeki yang Allah karuniai buat saya. Saya berupaya untuk jalan pagi tiap weekend sambal menikmati lagu dan podcast yang saya senangi, sambil sesekali melempar senyum kepada pejalan kaki lainnya.

Refleksi-refleksi ini tentunya adalah buah dari pengalaman dan banyak kejadian tidak menyenangkan pun kejadian menyenangkan yang telah terjadi pada saya. Kakak saya bilang, saya menjadi orang yang lebih bijaksana setelah kejadian menyedihkan di tahun 2018 dan 2021. Tapi kejadian 2022 jadi turning point buat saya menjadi diri saya apa adanya. Tidak bergelut dengan kata ‘seandainya’ lagi. Dan saya menghadiahi diri saya untuk traveling ke Malaysia. Padahal Malaysia bukanlah negara yang ingin saya kunjungi. Cuman waktu itu mikirnya let’s try dan ternyata dibalik perjalanan tersebut ada banyak cerita seru.

Hari ini, saya menulis tulisan ini pun sebagai bentuk apresiasi dan pengingat bahwa saya telah sampai di titik melepas apa yang sebenarnya bukan milik saya. Melepas rasa sakit, marah dan kecewa saya pada diri sendiri dan orang lain. Menerima qada dan qadar yang memang pada akhirnya tempat saya kembali buat melepas penat, lelah, kecewa, sedih  dan senang hanyalah ke Allah. Kembali sujud yang lama. Kembali belajar quran yang benar. Kembali ke Allah setelah nyasar entah kemana. Alhamdulillah cerita serunya ya Allah. Semoga saya kuat, walau sebenarnya saya orang nya rapuh sekali :”

Pekanbaru in the Morning-

Leave a comment